Tradisi 10 Muharram

Author :

Saat masih kecil dan tinggal di kampung, tiap tanggal 10 Muharram ada dua kebiasaan yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Apa itu? Pertama, belanja peralatan dan perlengkapan rumah tangga seperti panci, piring, gayung dan sebagainya.

Kedua yaitu masak bubur pakai gula merah. Saat remaja lanjut ke Bandung sekolah SMA sampai kuliah dan bekerja di sana, saya amati di masyarakat Bandung tradisi itu tidak ada. Jadi ternyata tradisi itu memang khas Sulsel. 

Apa makna dari dua tradisi di atas? Seorang penceramah di masjid Al Markaz menjelaskan bahwa kedua tradisi tersebut punya makna berbagi kebahagiaan dan penghormatan. 

Bulan Muharram dan khususnya hari Asyura sebagai hari yang istimewa dijadikan momentum untuk berbagi kebahagiaan. Memasak bubur gula merah untuk dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke tetangga. Itu ekspresi kebahagiaan karena masih diberi umur panjang di bulan Muharram. 

Demikian pula dengan belanja peralatan dapur. Awalnya adalah cara suami untuk menyenangkan istrinya dengan membelikan barang-barang peralatan dapur. Namun sekarang bukan lagi suami yang beli tapi istri. Suami cukup memberi uang saja. 

Kedua tradisi di atas tentu positif untuk menjalin silaturrahim dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Hanya saja tetap perlu berhati-hati. Jangan sampai belanja peralatan dapur jadi pemborosan. Sebenarnya piring, panci dan sebagainya masih layak pakai. Tapi karena tradisi dipaksakan belanja. Apalagi sampai mengambil alokasi biaya pendidikan anak. 

Juga harus hati-hati. Jangan sampai ada semacam keyakinan bahwa belanja di hari Asyura menjadi semacam 'kewajiban' agama. Jika tidak dikerjakan bisa membawa bala bencana. Itu hanya tradisi yang dihidupkan oleh orang tua zaman dahulu kala untuk mengingat kemuliaan bulan Muharram.

Ada satu tradisi yang memang perintah agama karena Rasulullah mengerjakannya. Apa itu? Berpuasa di tanggal  10 Muharram. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah dan hidup bersama komunitas Yahudi maka dilihatnya mereka berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Maka Rasulullah bertanya mengapa mereka berpuasa. 

Orang Yahudi menjawab mereka berpuasa untuk mengenang hari saat Nabi Musa diselamatkan oleh Allah dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya dengan membuat Laut Merah terbelah. Musa dan pengikutnya selamat. Fir'aun dan bala tentaranya yang mengikuti akhirnya mati tenggelam karena Laut Merah kembali normal. 

Rasulullah mengatakan bahwa kaum muslimin lebih pantas menghormati nabi Musa. Maka Rasulullah pun mengajak pengikutnya juga berpuasa. Untuk membedakannya dengan puasa orang Yahudi maka ditambah di tanggal 9 atau 11 Muharram. Jadi puasa dua hari di tanggal 9 dan 10 Muharram atau 10 dan 11 Muharram.

Mari hidupkan tradisi puasa Asyura ini. Pada tahun ini 10 Muharram akan jatuh di hari Kamis tanggal 20 September 2018. Jadi kita bisa berpuasa pada hari Rabu dan Kamis atau Kamis dan Jumat. 

Apa manfaat puasa Asyura? Rasulullah menjelaskan dalam hadis riwayat Muslim dan Ahmad bahwa " puasa Asyura menjadi penebus dosa setahun yang telah lewat". 

Selamat berpuasa Asyura'.

Previous PostHijrah di Zaman Now
Next PostSemangat Hijriyah
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR