Urban Farming

Hari Senin 15 September 2025 bertempat di Masjid Binbaz Bukit Baruga Antang Makassar, diadakan launching Urban Farming oleh Munafri Arifuddin, Walikota Makassar. Acara ini diadakan oleh komunitas warga Bukit Baruga yang hobby berkebun bersama pengelola masjid Binbaz yang juga hobby berkebun. Masuk ke lokasi acara suasana farming sangat terasa. Lahan kosong di area masjid semua terisi dengan tanam-tanaman dan ternak ayam.
Hal menarik disampaikan oleh Walikota Makassar. Urban farming memiliki banyak tujuan dan manfaat. Tujuan akhirnya yaitu mewujudkan ketahanan pangan di keluarga dengan memanfaatkan lahan terbatas dan teknologi tepat guna. Jika keluarga di rumah bisa menanam sayur mayur, buah-buahan, memelihara ayam petelur, ikan dan lainnya, itu semua bisa untuk konsumsi sendiri.
Jika produksinya melebihi kebutuhan rumah tangga, bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. Dijual ke tetangga atau pedagang keliling. Dampaknya selain ketahanan pangan juga peningkatan kesejahteraan. Hasil penjualan dapat digunakan untuk memenuhi biaya pendidikan anak serta kebutuhan lainnya.
Tidak hanya itu, urban farming juga bisa membantu mengatasi masalah sampah di perkotaan. Khusus di kota Makassar, sampah menjadi masalah. Lokasi TPA Antang seluas 19 hektar dan tumpukan mencapai ketinggian 17 meter hanya mampu menampung sampah untuk dua tahun ke depan. Jika tidak ada lokasi baru atau teknologi yang dapat mengolah sampah yang sekarang ada, maka 2 tahun lagi akan jadi masalah. Urban farming dapat menjadi salah satu solusi mengurangi volume sampah ke TPA.
Urban farming membutuhkan pupuk. Itu dapat diperoleh dari pengolahan sampah organik limbah rumah tangga. Pilah sampah organik dan jadikan kompos menggunakan komposter. Tidak hanya itu, bisa juga jadi makanan magot. Jika ada magot 1 kg, ia dapat memakan sampah organik 5 kg setiap hari. Sampah terurai juga bernilai ekonomis. Magot bisa menjadi pakan ikan dan ayam yang kadar proteinnya tinggi.
Suatu kawasan seperti RT atau perumahan dapat mengelola sampah organik warga. Tiap hari ada kendaraan khusus yang berkeliling mengumpulkan sampah organik makanan. Lalu dibawa ke tempat magot dikembangbiakkan. Sampah organik menjadi makanannya. Jika ada 100 kg magot maka butuh 500 kg sampah organik setiap hari. Itu bisa dikumpulkan dari satu RT. Tentu dampaknya mengurangi sampah yang dibuang di TPA.
Selain itu, hotel, asrama, pesantren dan lainnya juga bisa mengelola sampah organik sisa makanan tamu dan santrinya. Tidak hanya itu, sampah organik dengan teknologi tertentu bisa juga menghasilkan eco enzym yang dapat menjadi pengganti bahan kimia pembersih lantai dan lainnya. Beberapa hotel di Makassar sudah menggunakan eco enzym yang diperoleh dari pengolahan sampah organik sisa makanan. Sampah teratasi juga mengurangi pengeluaran untuk biaya kebersihan.
Pada acara itu juga diadakan launching buku Urban Farming dari Fadly, vokalis band Padi. Buku setebal lebih dari 200 halaman tersebut membahas tentang urban farming dan prakteknya di rumah pribadi Fadli di Jakarta. Dijelaskan secara teori dan praktek serta teknologi sederhana yang digunakan. Dari lahan yang terbatas bisa menghasilkan banyak manfaat. Tidak hanya untuk diri sendiri. Juga berbagi ke tetangga.
Jika Makassar bisa menjadikannya sebagai gerakan yang massif maka dampaknya akan sangat besar. Dampak ekonomi, lingkungan dan sosial. Tentu saja dibutuhkan semangat dan konsistensi. Tidak hanya launching yang mengawali. Tapi juga sistem yang mengawalnya. Relawan yang mendampingi masyarakat. Juga dukungan dari pentahelix. Tidak hanya pemerintah, juga dunia usaha dan industri, lembaga pendidikan, LSM dan media. Semoga berhasil.
Makassar, 15 September 2025