Suami Istri Bahagia

Author :
Pasangan suami istri yang langka, istrinya sangat cantik tapi suaminya sangat jelek.
Suatu hari saat sedang duduk berduaan, suaminya begitu terkesima melihat kecantikan istrinya.  Saat itu istrinya berucap “ada apa kanda? Kok lihat lihat saya terus?” Suaminya menjawab “saya sangat bersyukur punya istri yang cantik seperti adinda”. Istrinya menimpali “sungguh kita pasangan yang bahagia”. Suaminya bertanya “kok dikatakan bahagia?” Istrinya menjawab “kita berdua bahagia karena kanda bersyukur punya istri yang cantik dan saya bersabar punya suami yang jelek”.

Ternyata kunci bahagia itu adalah syukur dan sabar. Syukur atas segala nikmat dan pemberian dari Allah dan sabar terhadap segala musibah yang menimpa. Dalam hidup ini selalu ada suka-duka, nikmat-musibah dan lain sebagainya. Tidak mungkin manusia hidup selalu dalam keadaan suka selamanya dan tak pernah berduka. Atau mendapatkan nikmat selamanya tidak pernah menghadapi musibah.

Adanya kedua hal itu membuat hidup jadi penuh dinamika. Kondisi apapun yang terjadi jika dihadapi dengan rasa syukur dan sabar maka semua menjadi indah. Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Semuanya dapat menjadi indah jika suami istri memiliki syukur dan sabar.

Apa sebenarnya syukur itu? “Seorang ibu selalu bersedih memikirkan nasib kedua anaknya. Apa masalahnya. Ternyata anak pertama pekerjaannya jualan payung dan anak kedua jualan sepatu kain. Mengapa sedih? Saat hujan dia memikirkan anaknya yang jualan sepatu kain. Sulit sepatu kain laku kalau musim hujan.  Saat panas dia memikirkan anaknya yang jualan payung. Sulit payung laku karena tidak ada hujan.  Sampai akhirnya datang seseorang memberinya solusi. Kata orang itu, biar ibu tidak bersedih, saat hujan pikirkan anak ibu yang jualan payung,  jangan yang jualan sepatu kain. Saat panas, pikirkan anak ibu yang jualan sepatu kain, jangan yang jualan payung”.

Jadi solusi masalah ibu tersebut adalah focus pada yang ada, bukan yang tidak ada. Itulah makna sederhana dari syukur. Saat kita melihat pada apa yang kita miliki atau yang Allah anugerahkan maka kita akan mudah mensyukurinya. Namun saat focus kita pada apa yang tidak ada maka yang terjadi adalah kita tidak bersyukur atas apa yang ada. Kita merasa kekurangan atau seolah-olah tidak memiliki apa-apa.

Dalam rumah tangga karena keterbatasan penghasilan suami – istri terkadang banyak kebutuhan yang belum bisa dipenuhi. Teman saya punya pengalaman menarik. Dia hanya bisa beli motor, padahal anak lebih dari dua sehingga bepergian bersama sama dengan motor tidak mungkin dilakukan. Suami istri tersebut tetap bersyukur dan berpikir positif.  Dia berucap “Alhamdulillah, sudah ada motor. Dulu harus jalan kaki atau pakai angkot. Kalau mau berangkat bersama sama semuanya disiasati saja. Toh tidak selalu berangkat bersama. Apa pakai angkot atau pinjam mobil tetangga atau saudara. Jika tidak bisa juga, usahakan untuk tambah motor saja sehingga berangkat bersama dengan dua motor”.

Orang yang punya motor jika pikirannya pada mobil yang belum ada maka dia akan kesulitan mensyukuri motor yang dimilikinya. Kalau dia focus pada motornya dan mengatakan Alhamdulillah saya sudah punya motor yang bisa saya gunakan ke mana mana maka dia pun akan bersyukur dengan motor yang dimilikinya. Semoga dengan rasa syukur tersebut Allah akan memberinya rezeki sehingga mampu beli mobil atau dapat mobil dinas dari kantor.
Previous PostAl Fatihah di Awal Rapat
Next PostSemangat Hijriyah
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR