Menjaga Keutuhan Keluarga

Author :

Menurut laporan Statistik Indonesia yang dikutip oleh Katadata Media Network, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada 2022. Angka ini meningkat 15,31% dibandingkan 2021. Perselisihan dan pertengkaran menjadi faktor utama. Jumlahnya mencapai 284.169 kasus atau setara 63,41%. Penyebab perceraian terbanyak berikutnya karena faktor ekonomi, yakni sebanyak 110.939 kasus (24,75%). Lalu, diikuti karena faktor lainnya.

Ada  5 hal yang harus dibangun untuk menjaga keutuhan keluarga yaitu: trust, emotional management, komunikasi, adaptif dan do'a serta duit. Jika diambil huruf awal dari kelimanya akan membentuk kata TEKAD. 

Trust atau kepercayaan adalah kunci utama dan pertama utuhnya keluarga. Jika kepercayaan antara suami dan istri masih kuat maka keluarga akan utuh. Perceraian terjadi karena suami dan istri sudah tidak saling percaya. Akibatnya muncul perselisihan dan pertengkaran yang menjadi penyebab 63.41% perceraian terjadi.

Trust dapat dibangun dari 2 faktor yaitu niat  baik (good intention) dan perilaku baik (good action). Niat terkait dengan apa motivasi awal saat menikah. Apa karena kecantikan, kekayaan, keturunan, ketenaran, dan lainnya? Islam mengajarkan jadikanlah agama sebagai alasan memilih calon suami atau istri. 

Niat baik menikah terdiri atas 3 yang disingkat dengan ITS yaitu Ibadah, Taqwa, dan Surga. Menikah untuk menyempurnakan agama sebagai ibadah kepada Allah. Jalan untuk meraih taqwa dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Juga untuk meraih kehidupan bahagia di dunia dan masuk surga sekeluarga kelak di akhirat. 

Unsur kedua dari trust yaitu perilaku baik (good action). Minimal ada 3 perilaku yang harus dijaga dalam keluarga yang disingkat JAS yaitu jujur, amanah, dan setia. Jujur artinya sesuai perkataan dan perbuatan. Biasanya trust akan berkurang jika salah satu pihak mulai berbohong. Oleh karena jaga kejujuran antara suami istri. Kuatkan dengan sikap amanah dengan menjalankan tugas pokok dan fungsi. Lalu kokohkan dengan sikap setia dengan pasangan. 

Hal kedua yaitu emotional management atau pengelolaan emosi. Ada 2 komponen yaitu emotional control, dan empati. Untuk mengendalikan emosi marah maka pikirkan berkali-kali sebelum bertindak. Gunakan rumus six seconds silent sebelum merespon dan bereaksi. Diam enam detik berguna untuk merespon secara rasional.

Mengendalikan emosi juga dapat dibangun dengan berempati. Melihat dari kacamata pasangan dan berusaha menyelami latar belakang tindakan pasangan. Harapannya dapat memahami dan merespon dengan tepat. 

Hal ketiga yaitu komunikasi. Bukan hanya berbicara tapi juga mendengarkan. Gunakan rumus  listen with silent. Jangan memotong pembicaraan sebelum selesai. Pahami secara menyeluruh. Jika sudah saling memahami apalagi dilandasi empati dan cinta maka akan lahir koneksi dan kolaborasi. 

Hal keempat yaitu adaptif dengan cara selalu belajar ilmu tentang keluarga dari sisi agama, psikologi dan lainnya. Sekarang banyak berkembang kajian tentang pra nikah, parenting yang berlandaskan agama dan psikologi. Ilmu tersebut sangat membantu dalam mengarungi bahtera keluarga. 

Hal kelima yaitu do'a dan duit. Sejak awal pernikahan ada do'a agar meraih keberkahan dan  keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Do'a menjadi senjata bagi orang beriman agar Allah memberi kekuatan, petunjuk dan kemampuan membangun keluarga yang marhamah. 

Selanjutnya duit juga penting karena keluarga membutuhkan biaya hidup untuk memenuhi kebutuhan primer sandang, pangan, papan dan juga kebutuhan sekunder dan tersier.  Oleh karena itu pekerjaan yang menghasilkan penghasilan yang cukup, perlu diperhatikan. Apalagi data menunjukkan faktor kedua penyebab perceraian karena masalah ekonomi.

Semoga dengan TEKAD berupa trust, emosional management, komunikasi, adaptif dan do'a & duit, keutuhan keluarga dapat dijaga. Perceraian menurun dan keluarga bahagia dapat diwujudkan.

Previous PostEmbracing The Future Education Challenges
Next PostSemangat Hijriyah
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR