Agama dan Cinta Tanah Air

Kedatangan pasukan Sekutu yang juga diikuti oleh tentara Belanda dengan persenjataan lengkap membuat hati Soekarno jadi galau. Apa mungkin para pejuang dengan senjata seadanya bisa menghadapinya?
Jika perang berkecamuk maka kemerdekaan yang baru diproklamasikan dua bulan yang lalu bisa bubar.
Melihat kondisi tersebut Jenderal Soedirman memberi saran kepada Soekarno untuk mengirim utusan ke KH. Hasyim Asy'ari di Jombang dan meminta beliau mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajah.
Jenderal Soedirman melihat bahwa menghadapi tentara Sekutu tidak bisa lagi hanya oleh tentara tapi seluruh rakyat Indonesia. Lalu tidak cukup hanya kekuatan fisik saja tapi perlu kekuatan spiritual. Itulah semangat jihad fii sabilillah.
Merespon permintaan Presiden Soekarno maka KH. Hasyim Asy'ari mengumpulkan beberapa ulama besar di Jawa untuk musyawarah. Setelah melalui diskusi panjang maka dikeluarkanlah Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 yang menyeru seluruh umat Islam Indonesia agar mengangkat senjata melawan tentara Sekutu. Jika dalam perjuangan itu terbunuh maka masuk kategori syahid dan meraih surga Allah. Hari dikeluarkannya Resolusi Jihad dikenang sebagai Hari Santri.
Masyarakat merespon seruan itu dengan luar biasa. Bung Tomo menyerukan melalui RRI pidato yang berapi-api dengan kalimat takbir Allahu Akbar dan slogan "merdeka atau mati". Maka ribuan pemuda dengan senjata ala kadarnya seperti golok, bambu runcing turun ke medan perang melawan Sekutu.
Pertempuran besar tak dapat dielakkan dan puncaknya pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Tentara Sekutu harus kehilangan Jenderalnya. Pemenang Perang Dunia II dipermalukan oleh rakyat Indonesia di Surabaya. Mengenang itu semua maka ditetapkanlah tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Jadi ada hubungan yang erat antara dua kejadian besar di awal perjuangan revolusi fisik yaitu Hari Santri dan Hari Pahlawan. Ajaran agama yaitu jihad telah menjadi spirit perjuangan. Tanpa semangat jihad tidak mungkin Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
Peran ulama dalam perang kemerdekaan juga sangat besar. Hanya ulama yang bisa menggerakkan ummat untuk berjihad melawan penjajah. Agama dan cinta tanah air telah menjadi satu sehingga muncul motto "cinta tanah air adalah bagian dari iman".
Keterpaduan agama dan cinta tanah air harus terus dipupuk di kehidupan berbangsa dan bernegara. Antara keduanya harus saling memperkuat. Jadilah muslim yang baik untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
Keduanya jangan diadu dan dipertentangkan. Apalagi sampai menuduh mereka yang memegang agama dengan kuat sebagai ekstremis dan anti Pancasila. Ingat, sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya agama menjadi dasar utama bangsa ini.
Semoga di Hari Santri pada tahun ini menjadi momentum untuk menyatukan kembali agama dan keindonesiaan. Menguatkan peran ummat Islam untuk mengisi kemerdekaan yang merupakan berkat rahmat Allah SWT. Selamat Hari Santri.