Memaknai Masa Depan

Author :

Renungan Hari Ke-15

Jika seorang siswa ditanya tentang masa depannya maka yang

terbayang olehnya adalah cita-cita profesi atau pekerjaan. Dokter, insinyur, guru, pengusaha, tentara adalah beberapa contoh jawabannya. Maka target pertama yang harus dia capai yaitu masuk Perguruan Tinggi sesuai cita-citanya. 

Setelah masuk perguruan tinggi dan menempuh jenjang sarjana atau diploma maka masa depan yang harus segera diraih yaitu memiliki penghasilan sendiri. Bisa jadi karyawan atau pengusaha. Jika itu juga tercapai maka mulai berharap dapat jenjang karir yang baik jadi top manajemen. Bisa manajer atau direktur.

Saat sudah tiba di titik itu maka pikiran mulai lagi berubah apalagi jika umur sudah kepala lima.   Mulai berfikir bagaimana saat nanti pensiun. Apa yang akan dilakukan? Apakah tunjangan pensiun masih bisa mencukupi kebutuhan? Apa bisa hidup dengan tenang di masa tua? 

Saat sudah tiba di titik itu maka pikiran tentang masa depan berubah lagi. Bukan lagi tentang kehidupan dunia tapi kehidupan yang abadi di akhirat. Maka mulailah aktif beribadah di masjid. Di sebuah kompleks tentara di Geger Kalong Bandung yang banyak dihuni para pensiunan militer membuat nama kelompoknya sesuai nama perumahannya yaitu KPAD (Komunitas Penunggu Ajal Datang). Mereka aktif di masjid perumahan. Shalat lima waktu, pengajian, puasa sunnah dan wajib bersama, acara sosial bersama serta rekreasi bersama. 

Pada akhirnya jika manusia terus merenungi masa depan maka akan tiba pada masa depan abadi yaitu akhirat. Hanya saja tiap orang beda masa munculnya kesadaran akhiratnya. Secara umum biasanya saat pensiun apalagi jika satu persatu teman seangkatan pergi meninggalkan dunia ini. 

Saat itu muncullah kesadaran sebagaimana ungkapan penyair "Kehidupan dunia adalah nafas yang dapat dihitung. Ruang yang dapat diukur. Ajal yang pasti dan terjadwal serta rejeki yang terbatas. Wahai manusia sadarlah bahwa masa depan sesungguhnya adalah akhirat". 

Kesadaran akhirat sebagai masa depan sejati tidak harus menunggu masa tua. Sejak masih muda hendaknya sudah disadari. Bukankah Al Qur'an banyak mengingatkan salah satunya ayat berikut "carilah olehmu kehidupan akhirat dan jangan lupakan bagianmu di akhirat". 

Kesadaran 'akhirat orientation' tidak menjadikan kita mengabaikan dunia. Justru dunia dijadikan sebagai alat untuk meraih masa depan akhirat. Semua fasilitas duniawi dijadikan alat beramal saleh. Harta, ilmu dan tahta untuk kemashalatan dan dakwah. Tentunya semua dilakukan dengan penuh keikhlasan. Allah berfirman : 

"Barang siapa yang harapannya bertemu dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan jangan mempersekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya". 

Mumpung masih ada waktu. Jangan tunda kesempatan beramal saleh apalagi di bulan Ramadhan. Boleh jadi ada waktu tapi tidak bisa karena sakit. Bisa jadi sehat tapi tidak ada waktu karena sangat sibuk. Rasulullah mengingatkan "dua hal yang sering diabaikan yaitu kesehatan dan waktu luang". 

Makassar, 1 Juni 2018

Rangkuman ceramah Dr. H. Hasanna Lawang di Masjid Al Ukhuwah Makassar

Previous PostTanda Tanda Orang yang Celaka
Next PostSemangat Hijriyah
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR