Ada Surga di Ramadhan

Dua hari lagi ummat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan
Bulan yang di dalamnya kehidupan masyarakat surgawi dapat ditemukan. Ada 4 ciri yang dapat diambil dari 4 huruf pada kata ramadhan yaitu huruf ra, mim, dhad, dan nun.
Ciri pertama dari huruf “ra” dan terbentuklah kata “rahmat” atau kasih sayang. Ciri pertama dari masyarakat surgawi yaitu adanya cinta dan kasih sayang. Wujudnya dalam kehidupan keluarga yaitu bapak ibu yang saling mencintai, orang tua sayang pada anaknya, anak hormat pada orang tuanya. Kehidupan bertetangga berupa saling membantu, menghormati dan menghargai. Dalam kehidupan masyarakat pemimpin mengayomi rakyatnya dan rakyat mendukung pemimpinnya dan sesama rakyat saling akur dan gotong royong.
Selanjutnya ciri kedua dari masyarakat surgawi dari kata ramadhan yaitu huruf “mim” yang membentuk kata “maghfirah” atau “ampunan”. Ampunan itu terkait pada hubungan dengan Allah (hablum minallah). Jika dalam hubungan antar sesama manusia maka ia berupa saling memaafkan. Tidak ada manusia yang suci yang tidak punya salah. Jadi manusia yang hebat bukanlah yang tidak punya dosa dan kesalahan. Tapi manusia yang hebat adalah manusia yang jika melakukan dosa dan kesalahan segera bertobat dan memohon maaf. Tentu lebih hebat lagi adalah mereka yang mau mema’afkan orang lain. Meminta maaf relatif lebih mudah dibandingkan dengan memaafkan.
Orang yang mema’afkan orang lain akan mudah mendapatkan kebahagiaan. Mengapa memaafkan bisa membahagiakan? Karena saat mema’afkan kita sedang melepaskan rasa benci dan dendam. Jika benci dan dendam disimpan, ia akan membuat hidup kita tidak tenteram. Jika ia dilepaskan dengan mema’afkan orang lain maka beban berat dalam jiwa kita akan lepas.
Ciri ketiga dari masyarakat surgawi diambil dari kata “dhad” yang membentuk kata “dhuyuf” yang artinya tamu. Pada bulan ramadhan masjid ramai dikunjungi para tamu Allah untuk shalat berjama’ah. Selain mengunjungi rumah Allah, pada bulan Ramadhan manusia banyak berkumpul di acara buka bersama untuk memperat silaturahim dan ukhuwah. Dari pertemuan berkembang menjadi komunikasi dan dialog untuk saling memahami. Masyarakat surgawi yaitu masyarakat yang saling memahami jika ada perbedaan dan permasalahan. Permasalahan dihadapi dengan pikiran yang jernih, komunikasi yang positif untuk mencari solusi. Bukan dengan saling menyalahkan, pertengkaran, permusuhan dan perkelahian.
Ciri keempat diambil dari kata “nun” yang membentuk kata “nur” yang artinya cahaya. Maksudnya cahaya hidayah yang menyinari hati. Pada bulan Ramadhan hampir setiap hari kita belajar dengan mendengarkan ceramah agama. Diharapkan itu semua tidak hanya menjadi hidayah intelektual tapi juga menjadi hidayah spiritual yang mencerahkan qalbu dan jiwa. Jadi berawal dari ilmu yang bersemi di dalam sanubari yang akhirnya menjadikan hati kita bercahaya (hati nurani). Dapat membedakan baik – buruk, benar – salah. Jadi masyarakat surgawi yaitu masyarakat yang pembelajar (learning society), saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.
Itulah empat ciri masyarakat surgawi yaitu rahmat (kasih sayang), maghfirah (ampunan – mema’afkan), dhuyuf (mengunjungi – komunikasi) dan nur (cahaya – belajar – hidayah). Mari kita kembangkan di kehidupan pribadi, keluarga, tempat kerja, masyarakat, berbangsa, bernegara dan pergaulan antar bangsa. Semoga ciri-ciri tersebut tidak hanya tampak pada bulan Ramadhan tapi terus tumbuh dan berkembang selepas Ramadhan sehingga dapat terwujud masyarakat yang marhamah, sejahtera lahir dan batin, bahagia dunia dan akhirat. Amin.