Pola Asuh

Author :

Menurut KH. Abdullah Gymnastiar, karakter yang ingin dibangun pada anak yaitu baik dan kuat (baku). Karakter baik minimal 3 sifat yaitu ikhlas, jujur, dan tawadhu. Karakter kuat juga minimal 3 sifat yaitu berani, disiplin, dan tangguh. Semua itu ditentukan oleh pola asuh. Diana Baumrind (1967) menyatakan bahwa ada 4 jenis pola asuh yaitu otoriter, pemanja, penelantar, dan demokratis. 

Pola asuh otoriter kata kuncinya "karena saya (orang tua) bilang begitu". Pola asuh ini memiliki tuntutan yang tinggi namun kehangatan rendah. Ciri lainnya yaitu aturan jelas, hukuman tegas, power-over atau kekuatan berlebihan dan ekspektasi tinggi. Karena pendekatannya demikian maka anak dan orang tua memiliki jarak emosional dan sedikit kehangatan. Biasanya orang tuanya galak sehingga anak takut atau segan kepada orang tuanya.

Pola asuh otoriter tidak melahirkan anak yang baik dan kuat karena anak selalu takut salah. Selain itu juga sulit mengambil keputusan sendiri dan tidak berani mengemukakan pendapat, merasa rendah diri dan tidak mandiri.

Pola asuh kedua yaitu pemanja. Kata kuncinya adalah "kamu (anak) bosnya". Pola asuh pemanja cirinya daya tanggap tinggi tapi kontrol dan ketegasan rendah. Orang tua menghindari konfrontasi dengan anak sehingga cenderung menuruti segala kemauan anaknya. Orang tua memberi sedikit aturan, lunak dan 'sabar' jika ada pelanggaran oleh anak. Orang tua non-direktif atau tidak memerintah.

Biasanya pola asuh ini ditemukan pada keluarga dari golongan ekonomi menengah atas. Keberlimpahan harta memungkinkan orang tua menyediakan segala fasilitas untuk anaknya. Jika disertai kondisi orang tua yang super sibuk maka 'kompensasi' ke anaknya dengan memanjakannya. Memenuhi segala keinginannya bukan hanya kebutuhannya. 

Pola asuh pemanja yang permisif dapat membuat anak impulsif dan agresif, tidak mandiri, memiliki kontrol diri yang kurang baik, cenderung egois dan mendominasi. Selain itu juga tidak memiliki tujuan, tidak dapat mengikuti aturan, berisiko lebih besar menghadapi masalah dalam hubungan dan interaksi sosial.

Pola asuh ketiga yaitu penelantar. Kata kuncinya adalah "kamu(anak) sendiri". Pola asuh penelantar cirinya kontrol dan ketegasan rendah karena orang tua absen atau tidak hadir dan cenderung pasif dan mengabaikan anaknya.  Pola asuh ini sering ditemukan pada keluarga dengan kondisi ekonomi bawah atau miskin. Orang tua menelantarkan anaknya karena kesulitan dalam memberi nafkah. Bisa juga karena tingkat pendidikan yang rendah.

Pola asuh penelantar dapat membuat anak kurang percaya diri, tidak mampu mengatur emosi sendiri dan memiliki risiko lebih besar terkena gangguan mental. Juga cenderung merasa rendah diri, lebih impulsif, dan terlihat tidak bahagia.

Pola asuh keempat yaitu demokratis atau autoritative. Kata kuncinya adalah "ayo kita bicarakan". Terjadi proses timbal balik yang responsif antara orang tua dan anak. Komunikasinya asertif dialogis dan fleksibel. Pola asuh demokratis memiliki ekspektasi yang tinggi dan standar yang jelas. Jadi daya tanggap dan menuntutnya tetap tinggi. Hanya saja prosesnya yang demokratis melalui dialog dan pemberian tanggung jawab kepada anak (power-with).

Inilah pola asuh yang dapat membentuk anak yang baik dan kuat. Pola asuh demokratis atau autoritative membuat anak mampu berinteraksi dengan baik, dan mudah bekerjasama dengan orang lain. Juga cenderung tidak menunjukkan kekerasan, dapat mengendalikan diri dengan baik, memiliki keterampilan sosial yang bagus dan memiliki kesehatan mental yang baik. Mari berusaha menerapkan pola asuh ini agar terwujud generasi emas yang baik (ikhlas, jujur, tawadhu) dan kuat (berani, disiplin dan tangguh). Aamiin.

Previous PostMemakmurkan Jamaah
Next PostSemangat Hijriyah
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR