Menjadi Ibu Seutuhnya

"Suatu ketika di parkiran sekolah saya melihat seorang ibu menangis sesenggukan di belakang mobilnya (tersedu-sedu, dalaaam sekali sampai kedengaran isak tangisnya). Dengan penasaran dan niat mungkin bisa membantu saya mendekat. "Ibu maaf, kenapa ibu menangis? Ada yg bisa saya bantu?"
Masih dengan isak tangis si ibu menjawab : "hari ini saya bahagia sekali dan sudah 8 tahun saya menantikannya. Akhirnya anak saya bisa memanggil saya ... mama".
Ibu ini ternyata dianugerahi anak istimewa (Anak Berkebutuhan Khusus) yang dari kecil susah bicara dan tidak pernah bisa menyebut mama sampai dia berusia 8 tahun dan setelah ditangani tim guru khusus anak ABK di sekolah".
Cerita di atas dituliskan oleh Ibu Nila Kepsek SMP Athirah Kajaolalido Makassar setelah mendengar kisah yang disampaikan oleh Ibu Elia Daryati Psikolog dari Sekolah Mutiara Bunda Bandung pada acara seminar di Sekolah Islam Athirah.
Bu Nila melanjutkan tulisannya "Cerita di atas bisa jadi perenungan untuk kita yang, Alhamdulillah, dianugerahi anak yang sempurna sehingga bisa dengar panggilan Mama, Ibu, Bunda kapan aja. Tapi justru saat mereka panggil, kita kadang cenderung tak acuh bahkan kadang marah karena dianggap mengganggu.
Ada beberapa peran ibu yang perlu kita renungi di Hari Ibu ini yaitu peran biologis, sosiologis, psikologis dan ideologis. Saat seorang wanita telah mengandung dan melahirkan maka peran biologis telah dia lakukan.
Selanjutnya jika anak yang dilahirkannya telah 'mengakui' dia sebagai ibunya melalui panggilan "mama, ibu, bunda, dsb" maka peran sosiologis pun diraih. Secara sosial ibunya telah hadir dalam diri anaknya. Jika kehadirannya terus berlanjut dan hadir di dalam jiwa dan hati anaknya dengan terbangunnya kedekatan emosional maka itulah peran psikologis.
Itu belum cukup. Ibu adalah madrasah pertama dalam keluarga. Maka peran sebagai pendidik yang sangat utama. Tokoh-tokoh besar dalam sejarah seperti Shalahuddin Al Ayyubi Sang Pembebas Palestina di belakangnya ada ibu yang luar biasa yang menyiapkannya menjadi mujahid. Demikian pula Habibie selain istrinya Ainun juga ada ibunya yang luar biasa. Jusuf Kalla pun juga demikian karena ada ibunya Hj. Athirah.
Itulah peran ideologis. Peran edukatif yang membangun pondasi agama serta kepedulian kepada bangsanya. Membangun jiwa sosial yang jauh dari sifat egois. Membangun semangat berbagi demi kemajuan negeri. Semua berlandaskan pengabdian kepada Allah sebagai tujuan penciptaan.
Selamat Hari Ibu.