Renungan Hari Guru

Waktu saya SD di kampung, guru bahasa Indonesia memberi tugas membuat karangan dengan judul Cita-citaku. Apa yang saya tulis :
"saya ingin jadi guru". Saya kagum dengan guru-guru saya di SD yang baik dan berwibawa. Apa pak Sudarmadji (kelas 1), bu Suhaya (kls 2), bu Bampe (kls 3), bu Yohanna (kls 4), bu Hasna (kls 5) dan pak Hakim. Juga ada bu Sawiyah guru Agama Islam, pak Rahman guru Olahraga. Tentu juga pak Iskandar Kepala Sekolah.
Waktu itu saya juga terkesan sama topi yang suka dipakai teman saya yang tertulis IKIP Ujung Pandang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Ini tempat kuliahnya para guru. Entah dari mana dia dapat topi itu. Mungkin ada keluarganya yang kuliah di IKIP Ujung Pandang. Saya pun tulis di karangan itu kalau saya ingin juga kuliah di IKIP. Tapi ada satu yang aneh di karangan saya. Gelar yang saya inginkan setelah lulus dari IKIP yaitu Insinyur. Sepertinya ini disebabkan karena ada kekaguman ke B.J. Habibie dan Ahmad Amiruddin Gubernur Sulsel waktu itu. Keduanya bergelar insinyur.
Seiring waktu terus berjalan. Lulus SD saya masuk SMP. Kemudian SMA. Akhirnya masuk kuliah. Ternyata tidak masuk ke IKIP tapi ke ITB. Lulus gelarnya bukan lagi Insinyur tapi Sarjana Teknik. Pada saat tingkat akhir saya sudah jadi guru di SMP dan SMA Darul Hikam. Maka setelah lulus jadilah seorang Sarjana Teknik yang bekerja sebagai guru. Tulisan waktu SD tentang cita-cita menjadi guru pun tercapai dengan gelar Insinyur yang sudah berubah jadi Sarjana Teknik.
Setelah beberapa tahun saya melanjutkan S2 ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dulunya adalah IKIP Bandung. Jadi cita-cita kuliah di IKIP juga tercapai. Hanya saja tidak bergelar insinyur tapi M.Pd. Maka jadilah nama saya di KTP Syamril, S.T, M.Pd. Percampuran teknik dan pendidikan.
Bagi saya profesi guru sangat menantang. Menghadapi murid yang beragam karakter, juga butuh energi karena terus di kelas minimal 24 jam sepekan. Belum lagi tugas administrasi yang banyak. Saat masih aktif mengajar di sekolah, saya sangat menikmatinya. Meskipun malam harinya sangat lelah. Saat tidur terkadang otot kaki tegang. Mungkin berdiri terlalu lama di siang hari.
Setelah 3 tahun aktif jadi guru saya pindah tugas ke Salman ITB. Di sini pun juga berurusan dengan pendidikan. Keliling Jawa Barat melatih guru guru IPA, Matematika dan lainnya. Juga mengisi beragam seminar pendidikan. Mendatangi madrasah dan sekolah di gang-gang kecil Kota Bandung. Berbagi sedikit ilmu dan juga motivasi sambil melakukan penelitian tesis.
Sempat juga mengurus organisasi guru sebagai Sekretaris Umum Ikatan Guru Indonesia Jawa Barat. Sebelumnya bernama Klub Guru. Melalui organisasi ini banyak kenal dengan para aktivis pendidikan di seluruh Indonesia. Ada Mas Ihsan, Pak Satria Dharma, Mas Ahmad Rizali, Pak Indra Djati Sidi yang kala itu sebagai Pembina IGI Pusat. Juga Daeng Ramli Rahim yang sekarang jadi Ketua Umum IGI Pusat. Tentu banyak lagi yang lain. Dari mereka dapat belajar idealisme pergerakan di dunia pendidikan.
Bagi saya ini adalah pengalaman hidup yang luar biasa. Bertemu guru guru luar biasa. Gaji kecil tapi semangat luar biasa. Saat keliling Jabar di tiap kabupaten dan kota yang kami datangi, guru dari pelosok datang belajar bersama. Ada yang muda juga banyak yang tua. Tapi mereka semua sama, tetap berjiwa muda.
Bahkan ada satu peristiwa saat kami ke Pulau Buru melatih guru-guru SD dan SMP. Ada satu peserta untuk tiba di lokasi harus melalui perjalanan dua hari. Menembus hutan dan bermalam dengan tidur di pohon. Perjuangan yang luar biasa. Tetap cinta profesinya sebagai guru.
Kemudian pindah ke Makassar dunia saya tetap di keguruan dan pendidikan meskipun ada variasi. Bergabung di Kalla Group yang juga punya Sekolah Islam Athirah. Jadi kembali bertemu para guru yang luar biasa. Guru-guru yang tetap bahagia menikmati profesinya. Dari inspirasi itu saya buat buku "Mendidik itu Membahagiakan".
Selain di sekolah juga kembangkan Learning Center Kalla Group. Ini juga dunia belajar. Hanya pesertanya bukan siswa tapi karyawan. Sampai akhirnya merintis dan memulai Perguruan Tinggi Institut Teknologi dan Bisnis Kalla. Juga dunia pendidikan.
Semoga sampai akhir hayat saya bisa terus bersama para guru. Meskipun tidak langsung menjadi guru di depan kelas tapi dapat menemani para guru menjalani tugasnya dengan baik.
Selamat Hari Guru. Semoga mereka yang selama ini menjadi guru dapat diberi keberkahan hidup oleh Allah. Hidup penuh manfaat bahagia dunia akhirat. Bahagia karena membahagiakan orang lain. Bukankah kebahagiaan seorang guru adalah saat melihatnya muridnya sukses dan bahagia?