Mengurangi Sampah Plastik

Berita tentang lingkungan yang jadi perhatian dunia salah satunya yaitu kematian paus yang di perutnya ditemukan banyak sampah plastik. Sebelumnya juga di Kebun Binatang Bandung jerapah mati dan saat dibedah ditemukan sampah plastik di perutnya.
Penemuan plastik menjadi salah satu penemuan yang revolusioner dalam kehidupan manusia. Berbagai perlengkapan dan peralatan hidup dengan biaya yang murah dan tahan lama dapat dibuat dari plastik seperti pipa, lemari, kursi, casing hp dan lain sebagainya.
Tapi ternyata plastik juga berdampak negatif kepada lingkungan khususnya plastik sekali pakai seperti kantong kresek, bungkus makanan dan botol atau gelas plastik air minum dalam kemasan. Karena sekali pakai maka menjadi sampah yang tiap hari dihasilkan oleh manusia.
Plastik ini jika masuk dalam tanah sangat sulit diurai. Membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan tahun. Jika dibakar bisa menjadi sumber polusi yang berbahaya bagi manusia. Ada beberapa yang bisa diolah lagi menjadi bahan baku plastik tetapi sebagian besar menjadi sampah. Maka kita bisa lihat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin lama sampah semakin bertumpuk.
Bagaimana mengatasinya? Langkah awal yaitu mengurangi produksi sampah plastik dengan cara membatasi penggunaan plastik sekali pakai pada kehidupan sehari-hari.
Tempat yang menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar setiap harinya yaitu kantin di kantor dan sekolah. Setiap hari ratusan sampai ribuan karyawan dan siswa jika minumnya menggunakan air minum gelas kemasan maka akan dihasilkan ribuan gelas plastik.
Kantor dan sekolah dapat berperan dalam menguranginya dengan mengeluarkan kebijakan melarang kantin menyediakan air minum kemasan gelas atau botol plastik. Karyawan dan siswa minum dengan menggunakan tempat minum pribadi atau tumbler. Kantin menyiapkan air minum galon isi ulang.
Hal seperti ini telah dilakukan di Wisma Kalla dan Sekolah Islam Athirah selama hampir 1 tahun. Setiap karyawan dan siswa ke kantor membawa tumbler dan di tiap lantai kantor serta kelas disediakan air galon isi ulang. Dana untuk membeli air galon dari uang iuran kelas.
Kebijakan ini selain mengurangi sampah plastik juga menghemat pengeluaran siswa. Harga air galon sangat murah. Hanya maksimal seribu rupiah per liter. Jika beli air botol plastik atau gelas per liter seharga tiga ribu rupiah.
Akibat dari kebijakan ini maka sampah plastik gelas air minum di wisma Kalla dan Athirah sudah hampir tidak ada. Jika sebelumnya setiap hari bisa dihasilkan 2000-3000 gelas plastik bekas, sekarang hampir tidak ada lagi.
Bagaimana jika ada yg tidak bawa tumbler. Maka kantin menyiapkan gelas yang dapat dicuci dan digunakan kembali. Juga di kantin disiapkan gelas berbahan kertas yang dapat didaur ulang oleh alam.
Semoga langkah ini bisa menjadi contoh bagi kantor dan sekolah lainnya di Sulsel ini sehingga sampah plastik dapat dikurangi.