Tradisi THR bagi Masyarakat Indonesia di Tinjau dari Aspek Sosiologis

Author :

Tunjangan Hari Raya (THR) adalah salah satu tradisi yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia, terutama menjelang perayaan hari raya besar seperti Lebaran (Idul Fitri). THR diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka selama setahun, dan sekaligus menjadi bagian dari tradisi berbagi kebahagiaan di momen spesial. Namun, di balik praktik pemberian THR, terdapat aspek sosiologis yang menarik untuk dikaji. Bagaimana tradisi ini berperan dalam struktur sosial, interaksi antar individu, dan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat?

1. Tunjangan Hari Raya Sebagai Bentuk Solidaritas Sosial

Dalam konteks sosiologi, THR dapat dilihat sebagai bentuk solidaritas sosial yang kuat dalam masyarakat Indonesia. Solidaritas ini bukan hanya terjalin di dalam keluarga, tetapi juga dalam hubungan profesional antara pemberi kerja dan pekerja. Pemberian THR mengandung makna saling memberikan dan berbagi kebahagiaan, yang mencerminkan nilai-nilai gotong royong yang sudah menjadi budaya dalam kehidupan sosial Indonesia. Masyarakat Indonesia, yang mayoritas menganut budaya kolektivisme, menilai pentingnya hubungan kekeluargaan, tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi juga dalam lingkup kerja dan masyarakat luas.

Di sebuah Perusahaan atau Lembaga, para karyawan merasakan kebahagiaan saat menerima Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan mereka menjelang Lebaran. THR bukan hanya dilihat sebagai bonus, tetapi sebagai bagian dari budaya perusahaan yang mengedepankan solidaritas. Para pekerja merasa dihargai dan ini mempererat hubungan mereka dengan atasan dan antar sesama karyawan. Di hari Lebaran, mereka saling mengirimkan ucapan selamat, dan beberapa bahkan memberikan THR kecil kepada keluarga dan teman-teman yang membutuhkan, mencerminkan semangat gotong royong yang ada dalam masyarakat Indonesia.

THR di sini mencerminkan solidaritas sosial antara karyawan dan perusahaan, serta antar individu dalam masyarakat. Tradisi ini memperkuat rasa kebersamaan dan memperlihatkan pentingnya saling membantu di tengah masyarakat kolektivistik.

2. Pengaruh THR Terhadap Struktur Ekonomi Keluarga

THR juga memiliki peran penting dalam struktur ekonomi keluarga, terutama menjelang hari raya. Bagi sebagian besar keluarga Indonesia, THR menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan yang sangat dinantikan. Pemberian THR biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama perayaan hari raya, seperti membeli pakaian baru, makanan, atau memberikan hadiah kepada keluarga dan kerabat. Dengan kata lain, THR menjadi sarana untuk meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya berdampak pada perekonomian lokal, karena banyaknya transaksi yang terjadi di pasar dan pusat perbelanjaan selama musim lebaran. Dalam beberapa kasus, ketergantungan pada THR sebagai sumber pendapatan tambahan dapat menciptakan ketimpangan sosial. Misalnya, bagi pekerja yang tidak mendapatkan THR atau yang memiliki penghasilan rendah, mereka mungkin merasa kurang dihargai atau kurang dapat merayakan hari raya dengan meriah. Ini dapat menimbulkan ketegangan sosial, terutama dalam hubungan antara kelas pekerja dan majikan.

Sebagai contoh seorang ibu rumah tangga, menunggu dengan cemas pemberian THR suaminya yang bekerja sebagai pegawai negeri. Setiap tahun, THR yang diterima suaminya menjadi tambahan yang sangat berarti bagi keuangan keluarga mereka. Dengan THR, mereka dapat membeli kebutuhan lebaran seperti pakaian baru untuk anak-anak dan membeli bahan makanan lebih banyak untuk merayakan hari raya. Meskipun suaminya memiliki gaji tetap, THR sering kali menjadi sesuatu yang dituggu-tungga oleh isterinya.

Di sini, THR berperan penting dalam meningkatkan ekonomi keluarga, terutama pada momen-momen penting seperti hari raya. Ini juga menunjukkan ketergantungan pada THR sebagai pendapatan tambahan dalam struktur ekonomi keluarga Indonesia.

3. THR sebagai Refleksi Nilai Agama dan Budaya

Selain aspek ekonomi, pemberian THR juga dapat dilihat sebagai bentuk praktik keagamaan dan budaya. Pada perayaan Lebaran, misalnya, pemberian THR sering kali dihubungkan dengan konsep sedekah atau berbagi rezeki. Dalam Islam, memberikan sesuatu kepada orang lain, terutama kepada yang lebih membutuhkan, dianggap sebagai amal baik. Begitu juga dengan tradisi di kalangan umat Kristiani pada perayaan Natal yang menekankan berbagi kasih sayang dengan sesama.

Pada level budaya, THR dapat dilihat sebagai simbol dari budaya Indonesia yang sangat menekankan pentingnya hubungan sosial dan kekeluargaan. Pemberian THR tidak hanya ditujukan kepada anggota keluarga, tetapi juga kepada kerabat, tetangga, dan kolega, mencerminkan semangat kebersamaan yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Ketika perusahaan memberikan THR kepada seluruh karyawannya. Hal ini bukan hanya sebagai bonus tahunan, tetapi juga merupakan bentuk berbagi kasih di momen perayaan hari lebaran. Sebagian besar karyawan memanfaatkan THR untuk memberikan sedekah kepada anak-anak yatim piatu atau membeli hadiah untuk keluarga mereka. Tradisi ini sejalan dengan ajaran agama yang mendorong umat untuk berbagi di masa perayaan.

Pemberian THR ini tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga mencerminkan nilai keagamaan dan budaya Indonesia yang menekankan pentingnya berbagi dengan sesama, terutama pada saat-saat perayaan keagamaan.

4. Dinamika Sosial yang Diciptakan oleh THR

Pemberian THR juga bisa menciptakan dinamika sosial yang unik di masyarakat Indonesia. Di satu sisi, THR mempererat hubungan sosial antar individu dan kelompok dalam lingkungan kerja dan keluarga. Di sisi lain, tradisi ini juga menimbulkan rasa kecemburuan sosial, terutama bagi mereka yang tidak menerima THR atau yang merasa pemberian tersebut tidak cukup besar. Bagi sebagian pekerja, THR adalah momen yang diharapkan setiap tahunnya karena dapat meringankan beban ekonomi mereka. Namun, bagi mereka yang tidak mendapatkan THR atau yang bekerja di sektor informal, kondisi ini dapat menyebabkan rasa ketidakadilan sosial.

Pemberian THR yang sering kali diharapkan oleh pekerja juga dapat menjadi ajang untuk menunjukkan kedekatan sosial antara karyawan dan atasan. Di sisi lain, bagi perusahaan, pemberian THR bisa menjadi strategi untuk meningkatkan loyalitas karyawan serta memperkuat hubungan yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.

Dari perspektif sosiologis, tradisi pemberian Tunjangan Hari Raya di Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk ikatan sosial dan budaya dalam masyarakat. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kolektivisme, kekeluargaan, dan solidaritas yang sangat kental dalam budaya Indonesia. Di satu sisi, THR memperkuat hubungan sosial dan ekonomi antar individu, tetapi di sisi lain, ketimpangan dalam pemberian THR juga dapat menciptakan ketegangan sosial yang perlu diatasi.

Pemberian THR adalah sebuah fenomena sosial yang menyatukan dimensi ekonomi, budaya, dan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menyadari makna mendalam dari tradisi ini, agar dapat terus berperan positif dalam kehidupan sosial dan memperkaya rasa solidaritas yang telah ada sejak lama dalam masyarakat Indonesia.

Previous PostTransformasi Spiritual dalam Madrasah Ramadhan
ARSIP INSIGHT READING