image

Metamorfosis

Seorang anak mengamati proses metamorfosis sebuah kepompong. Dilihatnya seekor kupu-kupu berjuang untuk meloloskan diri dari lubang kecil di ujung kepompongnya.

Melihat perjuangan yang berat, Si Anak menjadi iba dan memutuskan untuk membantu kupu-kupu. Diapun membuka badan kepompong dengan gunting agar kupu kupu bisa keluar dan terbang dengan indahnya.

Begitu kepompong terbuka, kupu-kupu keluar dengan mudahnya. Akan tetapi, kupu-kupu tersebut belum bisa terbang karena masih memiliki tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya juga masih tampak berkerut.

Anak kecil terus mengamati dan menanti kupu kupu bisa terbang tapi harapan itu tak kunjung tiba. Kupu kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap masih berjerut serta tidak membentang dengan sempurna. Kupu-kupu itu akhirnya tidak pernah mampu terbang.

Si Anak yg membantu mengeluarkan kupu-kupu dari kepompongnya rupanya tidak mengerti bahwa perjuangan kupu kupu dengan daya upayanya membebaskan diri dari kepompongnya perlu dilalui agar perjuangan keluar dari kepompong tersebut akan memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu masuk ke dalam sayap sayapnya sehingga dia akan siap terbang.

Hidup adalah perjuangan, perjuangan adalah kerja keras. Untuk mencapai harapan, dibutuhkan perjuangan dan kerja keras. Terkadang dalam perjuangan diperlukan keringat dan air mata

Dalam kehidupan para Nabi, Allah sertakan keadaan yang menghendaki Nabi berjuang dengan sangat keras. Orang orang yang berhasil mencapai impiannya adalah orang orang yang melewati perjuangan dan kerja keras. Perjuangan dan kerja keras ibarat suplemen yang mempekuat seseorang untuk mencapai yang dicita-citakan.

Seorang anak terkadang menjadi "korban" orang tuanya. Orang tua sering kali membantu anaknya dengan mengeluarkannya dari kemampuannya berjuang. Dengan dalih ibah atau sayang orang tua menggunting kepompong yang membungkus anak sehingga anak tidak lagi berjuang keras untuk sukses. Kesuksesan yang diraih anakpun kemudian menjadi rapuh.

Kita sebagai guru juga demikian. Dengan dalih iba, kadang kita jumpai guru tidak membantu siswa untuk berproses melewati perjuangan berat dan kerja keras. Seperti anak yang menggunting kepompong untuk membantu kupu-kupu lepas dari kepompongnya. Kita harus menyadari bahwa perjuangan siswa untuk keluar dari zona nyamannya adalah suatu proses yang menentukan masa depannya. Dengan usaha yang kecil atau mungkin tanpa usaha guru memberi nilai yang tidak sesuai kompetensi yang dimiliki siswa. Siswa yang dengan usaha kecil atau bahkan tanpa usaha terjebak pada pemikiran bahwa tanpa usaha yang keras bisa mendapatkan hasil yang baik sehingga nilai-nilai perjuangan menjadi kabur.

Belajar dari metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu yang dapat terbang dengan indah, hidup ini tidak ada yang instan. Setiap diri harus melewati perjuangan karena setiap perjuangan yang dilalui memberi makna untuk kehidupan selanjutnya. Biarkanlah anak-anak kita, siswa-siswa kita merasakan indahnya perjuangan, merasakan manis pahitnya perjuangan untuk mengokohkan kompetensi dalam dirinya. Nilai hendaknya melekat pada badan, tidak hanya pada selembar kertas. Terlebih jika selembar kertas yang bertuliskan nilai itupun tidak melambangkan kompetensi yang sesungguhnya. Mari kita menyayangi anak-anak kita, peserta didik kita dengan memberinya ruang yang luas dan dukungan yang kuat untuk berproses, menguatkan diri mereka untuk siap memberi makna bagi agama dan bangsa.

Wallahu a’lam bish-shawab


Hajirah Naiem


Previous PostWelcoming Day TK Islam Athirah 2
Next PostSambut Siswa TK Islam Athirah 1 dengan beragam kegiatan