JANGAN TINGGALKAN GENERASI YANG LEMAH
Saat ini kita menghadapi zaman digital, dimana anak-anak muda kita berada dalam lingkaran Alay atau anak layangan, generasi ini adalah generasi muda bermental speed boat yang suka berlari kencang di atas permukaan yang dangkal. Olehnya itu dibutuhkan peran-peran kita semua selaku guru atau orang tua yang mampu yang mampu mempersiapkan dan menginspirasi seperti kapal selam yang membawa bergerak perlahan dikedalaman makna, karena mereka juga saat ini mengalami lonsoran wibawa nilai-nilai dan runtuhnya normah-normah social dalam pergaulan yang membingungkan.
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9,
“Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.”
Ada 4 hal yang
menjadi benang merah dalam ayat tersebut, yaitu Akidah, Ibadahm ilmu, dan
ekonomi.
Generasi penerus
atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik (murid)
dan generasi muda Islam pada umumnya.
Baik coba kita
lihat satu-satu
Pertama, jangan
sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. “Akidah
merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang
yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya
mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan
iman
Hal ini pun
dicontohkan oleh Luqmanul Hakim saat mendidik anak-ankanya (lihat QS Luqman).
“Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni ‘janganlah engkau
mempersekutukan Allah’. Barulah kemudian Luqman membahas hal-hal yang lain
kepada anak-anaknya,
Kedua, jangan sampai
meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya,
insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia
tidak mudah terintenvensi oleh orang lain. “Sebaliknya, orang yang lemah
ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun
mudah diintervensi orang lain,” tuturnya.
Ketiga, jangan sampai
meninggalkan anak yang lemah ilmunya. “Islam sangat menekankan
pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya,
‘Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang
yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya.
Dalam pendidikan
ada materi, metode, dan guru. “Metode lebih baik daripada materi. Guru lebih
baik daripada metode. Semangat atau spirit guru lebih baik daripada guru itu
sendiri,” paparnya.
Keempat, jangan
meninggalkan generasi yang lemah ekonominya.
“Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya
tidak menjadi beban bagi orang lain,” ujarnya.
Sebuah hadis yang menceritakan seorang lelaki punya seorang anak perempuan. Karena sangat bersemangat bersedekah, ia berniat menyedekahkan 100 persen hartanya, tapi Nabi melarangnya. Lalu, ia berniat menyedekahkan 50 persen hartanya. Hal itu pun masih dilarang. Akhirnya ketika dia berniat menyedekahkan sepertiga hartanya, barulah Nabi mengizinkan. “Dengan demikian, orang tua tadi tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi.
Ketika keempat komponen ini sudah dipersiapkan dengan baik kepada generasi kita, yaitu Akidah, Ibadah, ilmu, dan ekonomi, Insya Allah akan menciptakan generasi Tangguh pewaris orang tuanya kelak.
Penulis : Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd.