
Menjadi Pribadi Lebih Baik Bukan Menjadi Pribadi Yang Terbalik
Penulis : Risman, S.Pd (Pembina Boarding Athirah Baruga)
Segala hal dalam pesantren meyiratkan sebuah kerinduan juga khazanah penuh makna, terkadang ada kerinduan untuk Kembali. Sekiranya hanya untuk bersua sambil bernostalgia pada beberapa tempat spot yang familiar, mungkin warna cat dan tempat tersebut telah berubah tapi perasaan kami (santri) masih sama. Tepat sekali, ada banyak kejadian bermakna,belajar bersama, beberapa mahkamah yang tak kalah gentar sang penegak kedisiplinan, semua masih teringat jelas.
Tempat kami bertumbuh dan berproses. Mengutip salah satu tulisan yang sempat terbaca kala itu, di dinding rayon “al-muhafadzatul ala al-qadim al shalih wa al-akhdz bi al jaded al-aslah” (melestarikan nilai-nilai lama yang masih baik dan juga mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik).Perubahan memang tanpa terasa berganti dengan cepat diperputaran zaman.
Pesantren tidak lagi tabuh seperti
dulu saat awal – awalnya. Sekiranya bagi
yang menginginkan berada pada lingkup pesantren ataupun orangtua wali yang
ingin anaknya berada dalam pesantren pasti telah mencari tahu tentang apa itu pesantren, baik
dari segi kegiatan,aktifitas,pembelajaran,aturan dan pengajar pengasuhnya. Di
pesantren sendiri Pendidikan mengenai agama
islam di perdalam untuk kelak kedepannya bisa membentuk pribadi yang
berbudi baik dapat mengemban tanggung jawab bagi dirinya dan ummat.
Indonesia dengan pemeluk islam mayoritas terbanyak, dulu yang pesantren terdengar saat tabuh sekarang lumrah disebut. Model Pendidikan yang ada di Indonesia sangatlah beragam, masing masing memiliki kelebihan serta kekurangannya. Adapun terlihatlah kini, sekolah dengan panduan islami bermunculan dari segala Lembaga lembaga. Sepertinya satu sama lain (sekolah) saling mengadopsi dan juga menginspirasi. Takkala bermunculan pesantren not school (hanya berfokus pada pembelajaran agama/fokus pada pembinaan dan hafalan Al-Qur an) ataukan School on pesantren (memadukan pembelajaran agama dengan pembelajaran umum).
Segala hal baik akan menemukan akhiran yang baik, sejalan dengan pesatnya sekolah berbasis pesantren dengan methode didik islami tak heran adapula yang menjadi sumber tantangan bagi pesantren sendiri. Menilik dari beberapa kasus yang bermunculan silih berganti. Mencoreng dan merusak citra pesantren sendiri. Dulu Ketika bertemu bisa jadi beberapa alumni (lulusan pesantren/pernah santri) akan merasa bangga dengan adanya pembahasan apapun terkait pesantren, karna kami santri.
Sekarang berubah dingin, tabuh kembali karna kemunculan isu-isu tidak baik pada oknum yang tidak mengedepankan akhlak, termakan nafsu sesaat. Kasus pelecehan oleh pimpinan pesantren, pembullyan meregang nyawa, hingga keserakahan atas uang yang bukan haknya. Semakin tinggi letaknya maka semakin kencang pula angin yang akan menerpa, bisa jadi pun badai yang dapat datang.
Hal ini menjadi fokus yang
patut segera diselesaikan, menngingat pesantren adalah tempat membina ilmu
bukan lahan kejahatan nafsu. Ukiran pada dinding rayon bukanlah hanya sekedar
ukiran saja, hal tersebut di tuju menjadi pengingat “bahwa segala nilai-nilai
baik harus dilestarikan agar segala nilai nilai baik yang baru mengayakan dan
menjadikan pelengkap agar menjadi pribadi lebih baik bukan menjadi pribadi yang
terbalik.”