Merayakan Kemerdekaan

Author :

Peringatan Hari  Kemerdekaaan Republik Indonesia ke-75  tahun ini sangat istimewa. Adanya pandemi Covid-19 membuat suasananya berbeda. Tak ada upacara bendera yang dihadiri banyak peserta. Hanya ada petugas khusus dan sebagian besar peserta hadir secara virtual. 

Tak ada perlombaan yang mengumpulkan banyak massa seperti lomba balap karung, makan kerupuk dan lomba lainnya yang penuh keceriaan dan hiburan. Jika ada lomba harus dibuat dalam bentuk online agar tidak berkumpul banyak orang yang berpotensi penularan Covid 19.

Pasti ada hikmah di balik ini semua. Mungkin selama ini peringatan Hari Kemerdekaan di tiap tahunnya kita terjebak pada ceremonial upacara dan kehilangan makna. Kita sudah merasa cinta tanah air dan berjiwa patriot jika sanggup berdiri satu jam di upacara bendera. Padahal cinta tanah air dan patriotisme memiliki makna yang sangat substansial, bukan ceremonial. 

Kita juga merasa sudah syukur nikmat kemerdekaan jika telah mengadakan perlombaan yang meriah. Padahal syukur nikmat bukan dengan lomba. Itu hanya 'syukuran' belaka yang kurang bermakna. Untuk itu mari kita renungi makna cinta tanah air, patriotisme dan syukur nikmat kemerdekaan yang sejati. 

Cinta menuntut pengorbanan. Memberi tanpa mengharap kembali seperti cinta orang tua kepada anaknya. Cinta tanah air juga demikian. Berkorban, memberi untuk negeri. Jika tak ada cinta tak mungkin para pejuang  kemerdekaan rela mengorbankan harta dan jiwa raganya melawan penjajah dalam perang kemerdekaan. 

Mari renungi perilaku kita kepada bangsa ini. Apakah cinta sejati atau palsu? Jika masih banyak mengambil bukan memberi maka itu bukan cinta sejati. Jika masih banyak muncul perilaku korupsi yang merugikan negara berarti bukan cinta malah benci. Rasa cinta bisa memunculkan perilaku merusak. Bukankah perilaku korupsi dapat merusak Indonesia?

Kemerdekaan juga bukan disyukuri dengan sekadar perlombaan yang meriah dan berhadiah mewah. Namun esensi syukur nikmat kemerdekaan adalah terus berjuang mengisinya dengan pembangunan pada segala aspek kehidupan. Prioritas membangun manusia yang seimbang iman, ilmu dan amal dan siap menghadapi tantangan zaman. 

Syukur nikmat kemerdekaan juga dengan merawat Indonesia dari perpecahan. Menjaga persatuan dengan menjauhkan diri dari egoisme. Saling menghormati perbedaan pendapat, agama dan keyakinan dan tetap menjunjung tinggi hukum dan keadilan. 

Pada HUT RI ke 75 di masa pandemi ini mari kita menemukan esensi dari kemerdekaan. Bukan hanya ceremoni upacara dan perlombaan. Makna esensi yang membakar nasionalisme kita untuk cinta Indonesia dengan terus berjuang melakukan yang terbaik di bidang tugas masing-masing. Cinta yang membuat kita terus bergerak tak kenal menyerah dalam kondisi mudah dan susah. Tetap produktif di masa sulit.

Semoga dengan itu dapat menjadikan Indonesia terhindar dari resesi ekonomi. Indonesia terus eksis dalam pergaulan dunia. Dapat menjadi negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang sejahtera lahir batin.

Previous PostCostumer Delight
Next PostTiga Tanda Sukses Ramadhan
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR