MENENTUKAN BATAS KEMAMPUAN

Author :

Suatu hari seorang santri bertanya pada Pak Kyai. “Apa makna ayat yang berbunyi “bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu?” Pak Kyai tidak manjawab tapi mengajak para santrinya ke lapangan bola.


Sesampainya di lapangan bola, disuruhnya para santri lari keliling lapangan. Harus terus berlari dan tidak boleh berhenti sebelum lelah.

Maka para santri pun mulai berlari. Satu, dua, tiga putaran pun berlalu. Para santri masih kuat semua.

Pada putaran kelima satu persatu mulai berhenti karena kelelahan sampai akhirnya pada putaran ketujuh semua santri sudah berhenti berlari.

Setelah semua santrinya berhenti, Pak Kyai mulai berlari. Satu, dua, tiga putaran Pak Kyai lalui dengan lancar. Pada putaran kelima pak Kyai mulai ngos-ngosan.

Nafas tersengal-sengal. Tapi beliau terus berlari. Enam putaran, tujuh putaran masih terus berlari dengan nafas yang semakin berat.

Sampai akhirnya delapan putaran dan saat itu juga pak Kyai jatuh pingsan. Para santri kaget dan segera menolong Pak Kyai. Alhamdulillah beberapa saat kemudian pak Kyai siuman.

Para santri penasaran dengan kejadian yang mereka saksikan. “Apa maksud Pak Kyai dengan semua ini?” Tanya santrinya.

Pak Kyai pun menjawab “Seringkali manusia belum mencapai batas kemampuannya tapi sudah berhenti. Anda yang masih muda sudah berhenti semua pada putaran ketujuh.

Padahal Anda lebih kuat daripada saya. Jika saya bisa sampai putaran kedelapan, seharusnya Anda bisa lebih dari itu.

Mungkin minimal putaran kesepuluh. Anda berhenti pada putaran ketujuh karena merasa sudah sampai pada batas kemampuan Anda. 
Padahal Anda masih punya kekuatan. Jika saja Anda memiliki semangat lebih maka putaran kesepuluh dapat Anda raih”.

Demikian pula dalam beramal saleh, melakukan amalan ketakwaan. Seringkali kita sudah berhenti karena merasa sudah pada batas kemampuan.

Padahal kita masih mampu untuk berbuat lebih baik dan beramal lebih banyak.

Coba lihat pada bulan Ramadhan. Masjid penuh saat shalat tarawih, majelis taklim dan tadarus Al Qur’an pesertanya juga berlimpah.

Namun apa yang terjadi setelah Idul Fitri? Masjid dan majelis taklim kembali sepi, tadarus Al Qur’an pun jarang lagi.

Jika di Ramadhan setiap hari 1 juz, setelah Ramadhan 1 juz bisa perlu waktu 2 bulan.

Mengapa di Ramadhan bisa demikian? Mengapa di luar Ramadhan berubah drastis? Secara kemampuan tidak ada perbedaan.

Yang berbeda adalah kemauan atau motivasinya. Saat bulan Ramadhan motivasi sangat tinggi karena janji pahala yang berlipat ganda.

Motivasi ibarat arus yang bereaksi dengan potensial manusia menghasilkan daya yang luar biasa.

Rumus Fisikanya yaitu Daya (P) = Potensial (V) x Arus (I).

Jadi makna “bertakwalah sesuai kemampuan” artinya berbuat baik dan beramal saleh semaksimal mungkin sampai batas akhir kemampuan.

Pak Kyai tadi terus berlari dan baru berhenti karena pingsan. Itulah batas kemampuannya.

Jadi jangan mencari-cari alasan pembenaran saat tidak melakukan sesuatu seolah-olah tidak mampu.

Padahal sebenarnya bukan tidak mampu tapi tidak mau. Bukan tidak bisa tapi malas.

Hal ini juga berlaku di tempat kerja. Seringkali target penjualan atau mutu produk dan layanan jasa tidak tercapai bukan karena tidak mampu tapi karena tidak mau.

Berbeda jika ada janji bonus khusus jika target tercapai maka motivasi akan naik. Akibatnya inovasi dan kreativitas pun muncul.

Terus mencari jalan keluar terhadap berbagai permasalahan. Akhirnya target pun tercapai. Semua senang dan bahagia.

Jadi kunci awalnya ada pada motivasi. Mari tinggikan ‘langit-langit’ motivasi kita kalau perlu setinggi ‘langit’.

Jika motivasi kita setinggi langit maka kemampuan kita pun akan melebihi batas ‘langit-langit’ perkiraan kita.

Keajaiban akan muncul karena manusia memang dianugerahi oleh Allah energi dalam yang luar biasa yang baru keluar jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin.

Rasanya sudah tidak ada lagi harapan namun kita tidak berputus asa. Jika kondisinya demikian maka energy dalam itu akan muncul karena dihadapkan pada kondisi ‘kepepet’. Itulah “the power of kepepet”.

Jika manusia terus berusaha tak kenal lelah maka akan muncul pertolongan dari Allah. Allah mencintai orang-orang yang sabar.

Allah tentu tidak akan membiarkan hamba yang dicintai-Nya terus menghadapi kesulitan. Maka Allah pun berkenan untuk melakukan ‘intervensi’.

Wujudnya Allah memberi ilham berupa ide baru yang kreatif dan inovatif yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Atau dukungan resources yang tidak diduga sebelumnya.

Makassar, 17 Februari 2016



Previous PostTikungan Tajam Sekolah
Next PostTiga Tanda Sukses Ramadhan
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR